Bio Farma dan Zimbabwe Siap Kolaborasi Vaksin


Jakarta - PT Bio Farma (Persero) dan Zimbabwe siap berkolaborasi baik bertukar informasi dan teknologi dalam produksi dan pendistribusian vaksin.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan saat ini kesadaran masyarakat atas kesehatan meningkat secara signifikan, terlebih sejak wabah Covid-19 muncul pada 2020.
Industri kesehatan menjadi sektor unggul untuk menerangi pandemi karena banyak negara yang menangani kondisi serius ini, termasuk Indonesia.

“Dari pandemi kita bisa belajar bahwa kolaborasi benar-benar merupakan kunci untuk memperkuat keamanan kesehatan global,” dalam keterangannya di Jakarta, Senin (23/5).

Menurut Honesti, rencana kolaborasi ini bisa menjadi upaya kolektif yang sangat besar dari Bio Farma dimana antara Bio Farma dengan Zimbabwe akan membahas produksi bersama produk vaksin, dan kontribusi bersama dalam hal kesehatan.

Sementara Wakil Presiden Zimbabwe Constantino Chiwenga menjelaskan tujuan kedatangan Bio Farma adalah untuk mencari potensi kerjasama untuk memproduksi vaksin di Zimbabwe, dan Zimbabwe ingin mempelajari keberhasilan Indonesia dalam pembangunan bidang kesehatan.

“Kami sudah mengetahui bahwa Indonesia memiliki kemampuan dalam memproduksi produk obat-obatan khususnya vaksin. Dan berharap bahwa Zimbabwe juga suatu saat bisa memproduksi vaksin dikemuadian hari yang berkolaborasi dengan perusahaan nasional farmasi di Zimbabwe,” jelasnya.

Constantino yang sekaligus merangkap Menteri Kesehatan dan Perlindungan Anak Republik Zimbabwe berharap, ke depannya akan ada kesepakatan untuk bertukar informasi dan teknologi antara Bio Farma dengan Zimbabwe dalam produksi dan pendistribusian vaksin.

“Hal ini mengingat bahwa posisi Zimbabwe yang strategis yang terletak di pusat bagian selatan benua Afrika, bisa menjadi hub untuk negara- negara yang berada disekitarnya,” tegasnya.

Sejak 2007, Bio Farma sudah mengirimkan produk vaksinnya ke Zimbabwe, berupa vaksin Polio, Campak, Difteri, Tetanus, Pertusis melalui United Nations Children's Fund (UNICEF), hingga saat sudah sekitar 1,6 juta vial terikirim ke 16,9 juta dosis.

Direktur Operasi Bio Farma, Rahman Roestan menjelaskan transfer teknologi bisa dilakukan dengan membagi peran antara Bio Farma dengan Zimbabwe.

“Bio Farma memerlukan mitra lokal di Zimbwabe yang bisa memproduksi vaksin, dengan fasilitas yang memadai, regulator (Badan POM), distribusi dan marketing. Dari pihak Bio Farma akan menyediakan teknologi transfer downstream metode pengawasan mutu, dan Bio Farma bisa memberikan supply bulk vaksin untuk Zimbabwe,” urai Rahman.



Berita Populer


ASEANFLAG

Kategori Berita