BNI Siapkan Obligasi Global US$500 Juta


PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tengah menyiapkan penerbitan surat utang global (global bond) bertenor 10 tahun dengan target emisi hingga US$500 juta.

Global bond tersebut akan diterbitkan dalam format basel III-compliant subordinated notes. Keinginan penerbitan global bond BNI terungkap dari hasil pemeringkatan Fitch Ratings yang menyematkan BB(EXP) untuk surat utang subordinasi tersebut.

Emisi penerbitan akan digunakan BNI untuk sumber pendanaan serta keperluan umum perusahaan.

“Peringkat final surat utang akan bergantung pada dokumen akhir sesuai dengan informasi yang telah diterima, serta penetapan kupon final,” kata Fitch di Jakarta, Senin (22/3).

Berdasarkan penilaian Fitch, peringkat obligasi subordinasi BNI ini berada dua tingkat di bawah support-driven Long-Term Issuer Default Rating (IDR). Penilaian peringkat didasari oleh dukungan kuat dari pemerintah Indonesia sebagai pemegang saham pengendali perseroan.

Adapun, peringkat surat utang subordinasi yang dua tingkat lebih rendah dari IDR tersebut mencerminkan prospek yang lebih rentan, dibandingkan obligasi senior tanpa jaminan. Instrumen utang tier 2 juga memiliki fitur write-down.

Klausul ini dapat dipicu ketika sebuah bank mendekati titik non-viabilitas. Fitch tidak memberikan catatan tambahan pada risiko non-performance BNI. Hal ini lantaran risiko non-performance bisa dinetralkan oleh dukungan kuat pemerintah sebagai pemegang saham.

Pendekatan ini berbeda untuk bank lain yang tidak dikendalikan oleh pemerintah. Pada bank umum, standar Fitch untuk risiko non-performance biasanya memperhitungkan risiko kerugian usaha akibat penangguhan kupon atau pokok obligasi.

Adapun obligasi subordinasi punya klausul yang memungkinkan kupon ditangguhkan dan diakumulasikan, apabila posisi modal bank berada di bawah syarat minimun.

Tahun lalu, BNI membukukan laba bersih Rp3,28 triliun, atau terkontraksi 78,7% dari laba bersih 2019 sebesar Rp15,38 triliun. Penurunan laba salah dipicu oleh peningkatan provisi atau pencadangan.

Pada 2020, total pencadangan bank BNI mencapai Rp22,59 triliun meningkat 155,6% dari 2019 sebesar Rp8,83 triliun. Pandemi turut membuat laju penerimaan bunga kredit BNI melambat.

Hal ini tercermin dari total pendapatan bunga yang turun 4% secara tahunan menjadi Rp 56,17 triliun. Kendati demikian, secara total net interest income BNI masih mampu mencatat kenaikan sebesar 1,5% menjadi Rp 37,15 triliun, dan pendapatan sebelum provisi turun tipis 1,8% dari Rp28,32 triliun menjadi Rp27,82 triliun sepanjang 2020.

BNI berhasil membukukan pertumbuhan kredit sebesar 5,3% dari Rp556,77 triliun pada 2019 menjadi Rp586,21 triliun pada 2020. Sementara, himpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 10,6% dari Rp614,31 triliun menjadi Rp679,45 triliun.



Berita Populer


ASEANFLAG