BTN Dukung Digitalisasi dan Inklusi Keuangan Global 


Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berkolaborasi dengan World Saving Bank Institute (WSBI) atau asosiasi Bank ritel dan tabungan internasional menyelenggarakan Pertemuan ke 28 WSBI Asia Pacific Regional Meeting dengan tema “Sustainable and Resilient-Savings and Retail Banks in the Post-Pandemic Era”.  

Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan sejalan dengan tema tersebut, terdapat sejumlah agenda diskusi yang digelar diantaranya mengenai digitalisasi dan inklusi keuangan, keberlanjutan dan  “green finance”, serta inovasi, fintech dan pembayaran.

“Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada BTN untuk dapat berkolaborasi dengan WSBI membahas secara bersama dalam diskusi, bertukar informasi mengenai langkah-langkah dan strategi penguatan digitalisasi, inklusi keuangan dan “green financing” serta membahas hasil G20 sebelumnya,” dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (16/12).

Menurut Haru, stabilitas perekonomian negara-negara pada saat pandemi Covid-19 yang terjadi selama dua tahun terakhir sangat tergantung pada peran perbankan dalam melakukan fungsi intermediasi, dan peningkatan inklusi keuangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, usaha mikro kecil dan menengah. 

Perseroan lanjut Haru, mendukung pemulihan ekonomi Indonesia khususnya dari sektor properti. 

Pandemi telah memacu perbankan menguatkan digitalisasi dalam layanan bank, termasuk BTN yang tahun lalu telah meluncurkan website dan aplikasi BTN Properti for Developer, Smart Residence dan transformasi dengan penerapan beberapa inisiatif strategi setelah terbukti menunjukkan hasil yang positif.  

“Beberapa hal yang kami jalankan adalah dengan memperkuat sentralisasi proses bisnis dan memfokuskan kantor cabang pada penjualan, perseroan juga memperkuat pencadangan kredit bermasalah untuk memperkuat pondasi BTN dalam menjalankan ekspansi bisnis serta meningkatkan jumlah dana murah yang terbukti berhasil menurunkan biaya dana (cost of fund) secara signifikan,” urainya. 

Sementara itu Managing Director dari WSBI European Saving and Retail Bank,Peter Simon mengungkapkan menyampaikan bahwa perbankan menjadi garis pertahanan utama yang mendukung stabilitas perekonomian. Setelah pandemi tantangan perekonomian tetap lebih menantang khususnya di benua Eropa. 

“Banyak yang berharap, setelah pandemi berakhir, seolah-olah dalam beberapa bulan semuanya bisa kembali seperti sebelum Januari 2020. Apa yang kita semua lihat agak berbeda. Sekarang jelas bahwa tahun-tahun pandemi meninggalkan sejumlah perubahan permanen bagi kita. Krisis di Ukraina, prospek geopolitik yang lebih rumit, dan meningkatnya inflasi di Eropa dan Amerika Utara mempersulit kami untuk beradaptasi dengan perubahan tersebut,” urainya.  

Terkait dengan tema pertemuan WSBI hari ini, Simon menjelaskan bahwa perbankan dituntut oleh para pemangku kepentingan, pemerintah maupun masyarakat untuk meningkatkan digitalisasi dan perekonomian berkelanjutan.  

Ia menilai urgensi transisi ke model ekonomi yang lebih berkelanjutan semakin nyata. 

“Tantangan terbesar kita di abad baru ini adalah mengambil ide yang tampak abstrak yaitu pembangunan berkelanjutan dan mengubahnya menjadi kenyataan bagi semua orang di dunia,” tuturnya.

Simon menambahkan ada sejumlah prioritas untuk merealisasikan ide mengenai hal tersebut diantaranya berinvestasi dalam solusi berbasis alam, proaktif berkolaborasi dengan masyarakat, dematerialisasi model bisnis dan meningkatkan tata kelola dan kolaborasi global yang efektif. 

“Saya percaya bahwa ada alasan kuat untuk optimisme di masa depan. Namun Keberlanjutan dan Ketahanan itu hanya akan dapat dilanjutkan dan dicapai jika kita memiliki strategi yang matang,” ujarnya. 



Berita Populer


ASEANFLAG