IATA Akuisisi Saham Bhakti Coal Resources
Jakarta - PT Indonesia Transport and Infrastructure Tbk (IATA) telah menandatangani perjanjian pengikatan jual beli (PPJB) dengan PT MNC Investama Tbk (BHIT) untuk mengakuisisi 99,33% saham PT Bhakti Coal Resources (BCR).
Demikian keterbukaan informasi IATA, Kamis (2/12), IATA dan BHIT menyepakati harga transaksi pembelian 99,33% BCR adalah sebesar US$140 juta, 23% lebih rendah dari valuasi BSPC dan PMC.
Adapun, harga pembelian tersebut sudah mencakup tujuh izin usaha pertambangan (IUP) lainnya.
IATA akan membiayai akuisisi tersebut melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan seluruh proses transaksi akan selesai pada semester I tahun 2022.
BCR merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batubara dengan izin usaha pertambangan yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
IUP yang dimiliki BCR antara lain PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC), sudah dalam tahap produksi, dengan perkiraan produksi sebesar 2,5 juta metrik ton tahun ini. Sedangkan PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE) akan mulai memproduksi batubara pada 2022. Lima IUP lainnya, PT Energi Inti Bara Pratama (EIBP), PT Sriwijaya Energi Persada (SEP), PT Titan Prawira Sriwijaya (TPS), PT Primaraya Energi (PE), dan PT Putra Mandiri Coal (PUMCO) akan mulai beroperasi dalam satu atau dua tahun mendatang. Total luas area pertambangan untuk sembilan IUP tersebut adalah 74.004 Ha.
Estimasi total sumber daya BSPC dan PMC, yaitu sebesar 130,7 juta MT dan 76,9 juta MT dengan perkiraan total cadangan masing-masing sebesar 83,3 juta MT dan 54,8 juta MT. Kisaran GAR BSPC dan PMC adalah 2.800 – 3.600 kkal/kg.
Berdasarkan data internal BCR, tujuh IUP lainnya memiliki estimasi total sumber daya hingga lebih dari 1,4 miliar MT.
Hingga akhir 2021, pendapatan BCR diperkirakan mencapai US$74,8 juta dengan EBITDA US$33 juta. BCR akan meningkatkan produksinya menjadi 8 juta metrik ton pada 2022 dan 12 juta metrik ton pada 2023.